Beranda

Sabtu, 17 Januari 2015

SIMDROM BUDAYA BANNTAYAN

SIMDROM BUDAYA BANNTAYAN
Menelusuri Sistem globalisasi: Perselingkuhan Kekuasaan, Poiltik Lokal  & Kapitalisme


“Dikala kita sedang berusaha untuk belajar, orang lain senantiasa merebut ruang dan dikala kita sedang sadar, ruang itu telah tiada. Kekuatan dan keberhasilan bukan lahir dan bersumber dari kemenangan akan tetapi perjuangan adalah yang melahirkan kekuatan dan ketika menghadapi kesulitan dan tidak menyerah, maka itulah kekuatan dan keberhasilan kita ”


Gerak globalisasi terus menelusuri duni mulai dari kota sampai kepada daerah pedalaman (desa) dimana rekapitalisasi menjadi sebuah sistem yang tersistematis untuk meraih misi globalisasi dunia dan sistem ini telah menjadi habitus dominan manusia, khususnya daerah yang tertulis dalam kitab kuno “Negarakertagama” yaitu wilayah Bantayan. Namun sebelum kita terlalu jauh membongkar tabir globalisasi yang berimbas pada sebuah Sindrom Budaya sebagai akar sejarah terbentuknnya sebuah wilayah bantayan itu sendiri, maka mungkin ada baiknya kita terlebih dahulu membahas apa itu globalisasi, bagaimana bentuk dan wajah globalisasi itu serta bagaimana kerja-kerja globalisasi itu sendiri?.
Jauh sebelum pergeseran dunia, ilmuwan barat sudah memprediksikan bahwa zaman keemasan moderenisme hanya tinggal menunggu waktu dari keruntuhannya dan kejatuhannya, sehingga prediksi tersebut telah membuat pemuja modernism menjadi khawatir akan hegimoninya dalam kanca pertarungan coorperation-coorperation seperti CNts, WTO dll. Olehnya itu orang-orang yang mengadopsi paham modern dalam segala hal berusaha keras melakukan hal-hal positifistik agar doktrin dan hegimoninya tidak hilang dalam segala aspek. Olehnya itu para generasinya senantiasa melakukan rekontruksi pengetahuan dan bidang ilmu lainnya, agar mampu memangkan kompolitisi yang telah dilakukan oleh arus globalisasi dan ini terbukti dengan kemampuan yang dimilikinya mereka mampu menghipnotis generasi Negara lain dan sangat jauh ketinggalan dari berbagai aspek khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Ironisnya kita hanya mampu melakukan copy vaste (generasi copy vaste) dari mereka serta kita hanya tinggal menyaksikan perubahan yang telah terjadi tanpa berusaha mengambil andil dalam perubahan tersebut, dalam artian kita hanya mampu menjadi menonton dari apa-apa yang telah dilakukan oleh orang-orang barat. Bagi saya ini sangat memalukan bagi negerasi kita sekarang yang hanya bisa terima jadi tanpa mau mencoba melakukan rekonstruksi gagasan yang sesuai dengan kondisi geo-grafisnya suatu wilayah khususnya Bantayan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar