Beranda

Sabtu, 30 Januari 2016

System atau nyawa?

Nyawa atau administrasi?  Mana yang lebih penting antara keduanya?  Acapkali kita mendahulukan prosedural ketimbang sesuatu yg kritis apatah lagi berurusan dengan nyawa.  Kata paling aneh ku dengar yg dikatakan oleh para pihak rumah sakit mau diapakan lagi?  Miris rasanya mendengar hal itu seolah2 tidak ada lgi hal yg bisa dilakukakn.  Sama halx dengan menyerah sebelum mencoba.  Watak manusia yg satu ini adaah watak yg pling menjengkelkan sesuatu yg tdk semestix dimiliki oleh manusia2 yg mengabdikan diri di rumh sakit
Saat dimana ada seorang ibu yg begitu khawatir dengan anakx dan bahkan nyawa yg sempat terputus beberapa detik berusaha dilwanx krn hnya mengingat anaknya. Sampai disini hanya diabaikan dan disuguhi dengan berbgai macam prosedural administrasi yg membingunkan sementara sang anak sedang meregang nyawa bertarung dengan rasa sakit dan kematian.

Muntah dan dari yg terus mengalir dari telinga dan hidungx akibat benturan ygenyebabkan luka dalam tp tak ada penanganan yg serius.  Ayah anak ini yg juga terluka dipaksa mengurus administrasi rumah sakit.  Kenapa sistem ini lebih penting padahal keadan sang anak amatlah kritis. Dinamika dan dialektika yang menyesakkan buatku..

Kamis, 28 Januari 2016

Tradisi dan Kewajiban

Selalu ada hal menarik yang bisa dijadikan bahan refleksi setiap harinya dan juga tentunya sarat akan pengetahuan jika kita mampu mengolahnya dengan baik. Misalnya seperti kejadian tadi malam,  dimana kudapati sebuah tradisi dilangsungkan oleh masyarakat. Bagiku tradisi ini adalah sesuatu yang patut dilestarikan sebab  merupakan salah satu kearifan lokal yang sarat akan nilai. Akan tetapi, jika kita melaksanakan tradisi lantas meninggalkan kewajiban apakah itu masih bisa dibenarkan?

Senin, 25 Januari 2016

Remaja Mesjid

Dipenghujung hari saat matahari hendak terbenam di ufuk,  dengan langit kemerahan sebagai jejaknya.  Gema adzan pun berkumandang sahut menyahut, memanggil umat muslim untuk menjalankan ibadah shalat magrib. Di depan mesjid sederhana yang kalau di ukur luasnya sekitar 7x4 meter, dan warna hijau yang mendominasi, di tambah lagi kaligrafi yang menghiasi sudut dindingnya menjadikan mesjid sederhana dan kecil ini nampak agung dan indah. Tepat di mulut gerbang mesjid fakir yang hendak masuk terhenti langkahnya saat ia ditikam sebuah pertanyaan dari seorang paruh baya yang merupakan salah satu tokoh masyarakat di desanya. "Nak, fungsi remaja mesjid itu sebenarnya apa?" tanya dg. Nodding. Fakir yang merasa tahu jawaban pertanyaan itu sontak menjawab "untuk mengurus mesjid, kebersihannya, adzan pada waktu shalat dan.. ". "Lantas yang adzan di dalam remaja atau bukan?" potong dg. Nodding sambil melihat kedalam mesjid. Fakir pun terdiam seribu bahasa.  Pasalnya ia sadar rupanya pertanyaan tadi adalah sebuah pukulan yang telak mengenainya. Ia tidak lagi melihat ke dalam mesjid soalnya ia hafal betul suara muadzin itu,  yang notabenenya bukan lagi termasuk pemuda dan remaja.
Ia kemudian menangkap kebenaran dari pertanyaan tersebut bahwa tugas dan fungsi pengurus mesjid di desanya tidaklah berjalan sebagaimana mestinya. Bayangannya jatuh pada sepuluh tahun silam dimana ia masih menyaksikan para pemuda dan anak-anak masih memadati mesjid tersebut, aktivitas keagamaan dan keilmuan yang berjalan dengan baik menjadikan mesjid tersebut meski tidak seindah sekarang terasa hidup.  Ia kemudian merasa bahwa generasinya saat ini adalah generasi yang sudah terputus dari budaya agama yang baik yang mengakibatkan hilangnya kesalehan ritual para pemuda, shalat saja enggan apatah lagi turut memakmurkan mesjid. Dan yang menjadi salah satu faktor yang memutuskannya adalah perkembangan teknologi yang tidak bisa di sikapi dengan bijak.
"kemarin sempat terdengar kabar bahwa para remaja mesjid mengadakan rapat, lalu apa tujuan rapat itu?" sergah dg.  Nodding yang membangunkan fakir dari lamunannya.
"saya juga dapat kabar demikian nek, katanya dilaksankan pergantian ketua dan pengurus mesjid" jawab fakir dengan nada sedikit bercanda karena ia masih berusaha membangun kesadarannya yang tumbang tadi.
"Lalu ketuanya kemana? Tidak pernah saya lihat ia shalat berjamaah di mesjid ini" sambar dg.  Nodding lagi dengan pertanyaan baru.
"Saya juga tidak tahu nek" jawab fikri sambil tertawa.  Dg. Nodding pun membalas dengan tawa yang sama.  Merekapun melanjutkan niatan awal untuk shalat berjamaah bersama.

Setidaknya menurut wikipedia Remaja masjid adalah perkumpulan pemuda masjid yang melakukan aktivitas sosial dan ibadah di lingkungan suatu masjid.

Pembagian tugas dan wewenang dalam remaja masjid termasuk dalam golongan organisasi yang menggunakan konsep Islam dengan menerapkan asas musyawarah, mufakat, dan amal jama'i (gotong royong) dalam segenap aktivitasnya. Di Indonesia, organisasi pemuda remaja masjid seperti BKPRMI (Badan Komunikasi Pemuda remaja Masjid Indonesia, Tahun berdiri 1977), JPRMI (Jaringan Pemuda Remaja Masjid Indonesia, tahun berdiri 2003).

25/01/2016

Rabu, 06 Januari 2016

Cahaya ke 3

Aku pernah berkisah pada kawan..
Saat ia bertanya tentang cinta yang sama sekali tak pernah kupertanyakan..
Tentunya aku tidak punya jawaban
Apatah lagi memikirkan alasan untuk jatuh cinta...

Tapi, sontak pikirku jatuh pada kisah sebatang lilin
Yang memaksaku kembali membatin..
Menyelami pedalaman rasa, tempat dimana kuceburkan diriku..
Untuk sekedar sembunyi dari kefanaan dunia..
Atau bersemedi hanya untuk sekedar mengukur diri sendiri..

Dan saat aku sampai pada titik tergelap jiwaku..
Sadarlah aku akan suatu hal yang tidak pernah kusadari..
Realitas akan keberadaanmu dipedalaman jiwa ragaku..
Laksana cahaya dalam kegelapan..

Mungkin tak seperti cahaya para nabi
Yang membawa keselamatan dan kedamaian..
Ataukah seperti cahaya mentari yang menjadikan malam sirna..
Dan menjadikan dunia sejuk..

Engkaulah cahya rembulan di malam yang gulita..
Saat gemintang telah lelah bersinar...
Engkaulah cahaya ke 3 semesta kehidupanku..
Memberi jiwaku damai, dan kekuatan..
Dan aku berharap engkau bisa menuntunku menuju Cahaya Sejati..

#06/01/2016

Minggu, 03 Januari 2016

Jejak I Rungkana Galla Cendang

Laksana pohon yang hanyut terbawa arus sungai, begitulah arus ganas kehidupam membawa Galla Cendang jauh ke negeri antah berantah. Tak punya tujuan, tak punya sanak saudara. Terombang ambinglah ia dinegeri orang yang sebagian warganya individualis, mungkin karena negeri ini adalah negeri metropolitan yang sudah terkontaminasi virus globalisasi yang trem itu.
Hanya satu hal yang ia ketahui bahwa ia ada disini untuk memenuhi hajat hidupnya, menjadi laki-laki sejati, mencari sumur pengetahuan yang ia yakini ada dinegeri ini.
Dengan berbekal restu dan kepercayaan dari amma dan bapaknya yang padanya ia jadikan sebagai pusaka jiwanya dan juga dengan secuil pengalaman yang ia miliki perjalanannya dimulai, meski harus berjalan pada jalan yang sama sekali tidak ia ketahui dimana ujungnya..

Next..

Sabtu, 02 Januari 2016

Mengejar Matahari

Dari dulu aku selalu menyimpan kagum bukan hanya karena kasih sayangmu yg senantiasa tercurah padaku, tapi karena engkau berani menjadi sesuatu yg berbeda.  Bukan main harga yang kau bayar karena pilihanmu yakni penderitaan. Tapi justru karena itu engkau semakin kuat saja.
Aku tak habis pikir, kenapa engkau bisa sekuat itu? Berapa banyak kesabaran yang engkau miliki? Yha..  Sekarang engkau benar-benar menjadi orang yang berbeda. Dan sejak awal kisahmu aku selalu mencoba menjadi dirimu, mengikuti jejakmu adalah arah hidupku,  aku bahkan mencoba berpikir seperti caramu. Tapi semakin kukejar semakin jauh aku engkau tinggalkan,  bahkan pundakmu pun tak lagi mampu kulihat.  Aku tersisih dan lupa bagaimana caranya hidup dengan caraku sendiri saat kusadari aku diperlakukan berbeda. Engkau ditampar aku dimanja. Lalu bagaimana caraku menjadi seperti dirimu?
Suatu saat, aku benar-benar tersesat dan melupakan nilai luhur yang dijunjung tinggi lelulurku dan juga lupa akan nasihatmu. Aku terdampar dalam lautan yang tak bisa kuselami, semakin hari semakin tenggelam dan pada akhirnya gelaplah segalanya.

Saat itu pula engkau datang kembali juru selamat, aku ingat betul dibawah pohon yang rindang dengan hamparan Sawah yang baru ditanami dihadapan kita. Engkau dengan lirih berkata "engkau jangan pernah lupa keluarga kita adalah keluarga yang menjunjung tinggi siri na pacce, jangan pernah engkau langgar. Amma dan bapak begitu menyayangimu, karena engkau yang anak terakhir. Jadi jangan kau rusak kepercayaannya. Jika bala itu menimpamu, amma pasti akan bunuh diri karena tak sanggup menanggung malu. Engkau harus mencari wanita seperti yang dikatakan nabi,  pertama agamanya, akhlaknya, keturunannya, parasnya, hartanya.  Ingatlah itu! " . Aku menyimak dengan taksim, karena nasihatmu ini seperti air yang melepas dahaga saat aku hampir mati kehausan dan kusadari aku sedikit gusar tentang semua itu.  Tapi sejak saat itulah, aku mulai sadar bahwa aku juga harus hidup dengan caraku, dan menjadi kuat dengan caraku sendiri. Perlahan tapi pasti aku mulai muncul kepermukaan dan pundakmu kini nampak samar-samar.  Tapi meski begitu aku mungkin tak akan bisa mencapaimu, karena di dunia ini tidak mungkin ada dua matahari..