Akhirnya, muntab jua. Api yang bertahun-tahun coba kau matikan, membakar kembali jiwamu. Terpuruk, merasa kalah, kuputuskan mengunjungi Kedai Imaji. Usai memesan kopi tiwus, kupilih membuang diri di meja nomor 10 yang terletak di pojok belakang. Selain dekat musallah, juga tempat favorit si kakek Rumi.
Sang barista menghampiri, "Kopi tiwus ini mengajarkan walau tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya," katanya sok filosofis sembari menaruh kopi di meja. Sunyi kembali.
Dari musallah samar-samar terdengar suara Aa berkhotbah di mimbar, "Siapakah orang yang kurang ilmu? Dialah orang yang mengandalkan otot dan amarah dalam menyikapi segala sesuatu." Aku tak bisa mengelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar